Kebijakan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Terpimpin

Sanering Mata Uang

Sanering adalah kebijakan pemotongan uang yang terkenal dengan istilah gunting syafrudin prawiranegara, karena beliau yang mengeluarkan kebijakan tersebut. berlaku mulai tanggal 15 Maret 1950 berdasarkan surat keputusan menteri keuangan, kebijakan ini dilakukan dengan memotong nilai uang yang bernilai Rp2,5 ke atas hingga nilai setengahnya.

Dewan Perancang Nasional

Untuk melaksanakan pembangunan ekonomi di bawah Kabinet Karya maka dibentuklah Dewan Perancang Nasional (Depernas) pada tanggal 15 Agustus 1959 dipimpin oleh Moh. Yamin.
Pada 1963 Depernas diganti dengan nama Badan Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dipimpin oleh Presiden Sukarno.
Tugas Bappenas adalah
Menyusun rencana jangka panjang dan rencana tahuanan, baik nasional maupun daerah.
Mengawasi dan menilai pelaksanaan pembangunan.
Menyiapkan serta menilai hasil kerja maundataris untuk MPRS

Proyek Marcusuar

Penyelenggaraan Asian Games IV 1962 membuat Jakarta merasa wajib berbenah agar dapat menampilkan wajah Indonesia kepada dunia. Pesannya jelas: Inilah Jakarta! Ibu kota negara Indonesia yang merdeka! Sebuah usaha penghapusan memori Batavia sebagai lambang kejayaan kolonial harus dilakukan (Abidin Kusno, 2000).

Menurut sejarawan Andri Rahman Alwi dalam penelitiannya, “Proyek Asian Games IV 1962 Jakarta: Sebuah Mega Proyek Nation Building Soekarno” (2009), meneroka bahwa Proyek Asian Games IV 1962 Jakarta merupakan sebuah proyek maha besar bagi negara yang baru merdeka.

Demi suksesnya penyelenggaraan ajang olah raga prestisius ini, diperlukan perencanaan dan persiapan yang matang, terutama dari segi venue pertandingan maupun sarana pendukung. Ledakan pembangunan yang mewarnai kota ini menandai dimulainya era baru Indonesia modern.

Soekarno adalah sosok paling berpengaruh dalam konstelasi politik masa Demokrasi Terpimpin. Ia tidak mau ketinggalan untuk menuangkan ide dan semangat revolusionernya dalam pembangunan proyek-proyek Asian Games. Semua bangunan yang dibangun untuk keperluan Asian Games harus sejalan dengan ide revolusioner maupun selera Sang Pemimpin Besar Revolusi.

Soekarno terkesan sangat detail dalam memuaskan selera seninya. Bung Karno juga termasuk perfeksionis yang sangat terobsesi dengan bentuk, baik arsitektur gedung maupun ruang.

Kunjungan Soekarno ke Moskow pada 1956 membawa kesan tersendiri baginya. Sewaktu di Moskow, dia sempat menyaksikan kemegahan Stadion Lenin. Dalam perencanaan rancangan Stadion Utama GBK, peran Soekarno sangat menonjol. Kekuatan rancangan dari Soekarno terletak pada konsep kemegahan, kekokohan struktur serta artistik.

Pembangunan venue terpenting untuk penyelenggaraan Asian Games Jakarta 1962 adalah kompleks Gelanggang Olah Raga Bung Karno yang terletak di Senayan. Awalnya gelanggang itu akan dibangun di kawasan Dukuh Atas, tetapi karena takut akan membuat kemacetan di wilayah bundaran HI, Ir. Silaban menyarankan agar rencana itu dipindah. Akhirnya dipilihkan Senayan, kawasan di kota satelit Kebayoran Baru.

Secara keseluruhan pembangunan kompleks olahraga Senayan menelan biaya US$12,5 juta dolar. Sumber pendanaan proyek itu diperoleh dari bantuan kredit Uni Soviet.

Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) merupakan proyek monumental paling fenomenal yang terdapat dalam kompleks olahraga Senayan. Stadion raksasa berlantai lima ini terdiri dari sebuah lapangan sepak bola yang dikelilingi oleh ring atletik, dan mampu menampung jumlah penonton yang fantastis: 110.000 orang.

Rancangan stadion ini dikerjakan L. S. Tyatenko, arsitek yang mengerjakan desain Stadion Lenin. Meskipun desain dikerjakan arsitek Soviet, bukan berarti ide-ide Soekarno tidak ikut bermain di dalamnya. Salah satu yang fenomenal adalah ide atap temugelang yang diaplikasikan dalam konstruksi Stadion Utama GBK.

Keunikan lainnya bisa ditemui pada keseluruhan penampilannya yang terbentuk secara ritmis dan harmonis dalam kesatuannya yang padat. Pilar-pilar tipis yang berurutan menyangga konstruksi dan mempertemukan bagian demi bagian.

Ruang antar pilar-pilar tipis itu membentuk ruang gelap dan terang yang berekspresi sesuai dengan pergantian siang dan malam. Di siang hari, harmoni cahaya matahari masuk ke celah-celahnya, dan bila malam hari, cahaya berpendar di antara lubang-lubangnya.

Stadion Utama GBK merupakan bangunan tunggal yang sangat menonjol di kompleks olahraga Senayan. Bangunan ini berperan sebagai pengikat massa bangunan yang lainnya. Bangunan tersebut merupakan karya arsitektur pertama bangunan fasilitas publik dari bangsa Indonesia yang berupa kawasan olahraga yang megah dan bertaraf internasional.

Dalam pandangan Soekarno –seperti yang dijelaskan oleh sejarawan Farabi Fakih, dalam bukunya, Membayangkan Jakarta di Bawah Soekarno (2005)– bahwa salah satu bentuk nyata dari konsep yang dinyatakannya sebagai nation building adalah terletak pada prestasi di bidang olahraga. Hanya dengan prestasi, Indonesia bisa dihormati bangsa lain.

Konsep Juanda

Konsep rehabilitasi ekonomi disusun oleh tim yang dipimpin oleh Menteri Pertama Ir Djuanda dan hasilnya dikenal dengan sebutan Konsep Djuanda. Namun konsep ini mati sebelum lahir karena mendapat kritikan yang tajam dari PKI karena dianggap bekerja sama dengan negara revisionis, Amerika Serikat dan Yugoslavia.

stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi:
- Pemerintah mengeluarkan Ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaruan Kebijakan ekonomi, keuangan dan pembangunan.
- MPRS mengeluarkan garis program pembangunan, yakni program penyelamatan, program stabilitas dan rehabilitasi, serta program pembangunan.
- Program pemerintah diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional terutama stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi.

Proyek Deklarasi Ekonomi



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal Pilihan Ganda dan Uraian

Latihan soal sejarah